NARAPIDANA WANITA
Penelitian ini saya lakukan sebagai studi awal thesis saya dengan tema yang sama. Ketertarikan saya untuk meneliti ini bertambah besar setelah membaca hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa ahli, tampak bahwa narapidana wanita lebih mudah jatuh dalam kondisi psikologis yang kurang menyenangkan. Begitu pula dengan hilangnya hak-hak hidup mereka sedikit banyak akan memunculkan perasaan tidak nyaman secara fisik maupun psikis. Salah satu gejala psikologis yang sangat mungkin muncul selama menjalani masa tahanan adalah perasaan cemas. Kecemasan dapat terjadi karena kesenjangan antara masa kini dengan masa yang akan datang ( keterpakuan pada pemikiran apa yang akan seseorang bawa untuk masa depannya). Keterpakuan pada masa lalu pun akan membawa seseorang pada emosi yang negatif. Fokus pada masa lalu dan masa yang akan datang membuat ruang gerak seseorang menjadi terbatas di masa sekarang (Phares, 1992).
Menurut Perls (1980) kecemasan terdiri dari simptom-simptom neurotik. Seseorang bisa saja tidak menyadarinya, karena proses represi yang kemudian akan manifest dalam bentuk kegelisahan, denyut nadi yang meningkat dan kesulitan bernafas. Kecemasan juga hadir akibat terjadinya gangguan dan penyimpangan dalam elastisitas relasi dari konfigurasi figure-background (Albanik, 1989).
http://www.idsurvei.com/survei/gamos
Dalam hal ini kecemasan yang dialami oleh narapidana wanita terjadi karena relasi dan pola yang kurang mantap dari individu sebagai figure dan setiap kejadian-kejadian yang dialami sebagaibackground-nya. Keadaan tersebut yang membuat individu kehilangan ‘meaning’ dalam mengaktualisasikan potensi diri bagi aktualisasi dirinya.
Selain itu adanya persoalan yang tidak terselesaikan (unfinished business) antara individu dengan kejadian dan pengalamannya dapat mendorong munculnya kecemasan pada individu tersebut. Kemungkinan besar banyak hal yang belum mampu di selesaikan dengan baik oleh individu, sehingga mendorong ia berperilaku menyimpang dan mendapatkah hukuman atas perilakunya tersebut. Begitu pula ketika ia menerima hukuman (penjara), relasi antara individu dengan lingkungan yang dirasakan penuh tekanan mengalami gangguan, sehingga figure dan background menjadi tidak utuh dan akhirnya menimbulkan beberapa gangguan psikologis pada individu.
Kecemasan yang dialami oleh narapidana wanita berasal dari faktor yang sangat beragam dan subyektif. Negy,Woods&Carlson, 1997 (dalam Gussac, 2009), menyatakan bahwa walaupun narapidana pria dan wanita memiliki pengalaman yang sama dalam penjara, namun banyak ditemukan argumentasi bahwa narapidana wanita lebih mungkin mengalami penyakit mental akibat tekanan terkait dengan memelihara keluarga-keluarga agar tetap utuh, peran sebagai orang tua yang harus mengurus anak-anak, dan kebutuhan untuk berhubungan dengan konflik perkawinan atau hubungan yang belum terpecahkan. Semua itu menjadi terbatas ketika mereka berada dalam penjara.
Penelitian ini saya lakukan di sebuah Lembaga Pemasyarakatan khusus wanita di Kota Bandung.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Selama menjalani masa hukuman penjara, narapidana wanita mengalami kecemasan yang belum dapat diuraikan secara efektif. Hal ini terbukti dari tes kecemasan yang dilakukan bahwa seluruh subyek mengalami kecemasan pada taraf yang tinggi, baik pada state anxiety maupun trait anxiety. Artinya, faktor kepribadian dan faktor situasi selama menjalani hukuman penjara sama-sama memberikan dampak terhadap munculnya kecemasan pada narapidana wanita.
2. Sumber kecemasan paling dominan yang dialami oleh sebagian besar narapidana wanita berada pada area hilangnya peran mereka sebagai ibu bagi anak-anak, dan sebagai istri bagi suaminya. Sumber lainnya sangat individual, berupa kecemasan menghadapi penerimaan sosial pasca hukuman berakhir, kecemasan financial, kecemasan tentang keberlanjutan karier, dan kecemasan tentang keberlanjutan hubungan dengan suami.
3. Kecemasan pada narapidana wanita terjadi melalui mekanisme yang sangat beragam. Sebagian besar narapidana wanita tumbuh menjadi individu pencemas, karena pengalaman traumatik dimasa lalu yang tidak terselesaikan (unfinished business). Beberapa narapidana menjadi sangat cemas, ketika masuk dalam situasi penjara karena kehilangan beberapa haknya sebagai manusia.
4. Seluruh subyek narapidana wanita mengembangkan emotion-focused coping strategies sebagai upaya mengurangi derajat kecemasan yang dialami. Faktor pendidikan, latar belakang keluarga dan dukungan keluarga maupun lingkungan sosial mengarahkan subyek untuk mengembangkan strategi koping dalam mengatasi perasaan cemas yang berlebihan.
Demikian hasil penelitian ini saya share. Mudah-mudahan bermanfaat.
kunjungi link : http://www.idsurvei.com/survei/gamos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar